Pemuda Muslim di Indonesia Beralih Ke Iman Untuk Aktivisme

Pemuda Muslim di Indonesia Beralih Ke Iman Untuk Aktivisme – Studi kami tentang aktivis lingkungan muda di Indonesia menemukan bahwa aktivis pemuda Muslim mendasarkan lingkungan mereka dengan kuat pada pengetahuan mereka tentang Islam. Mereka melihat diri mereka sebagai khalifah atau wakil Tuhan di bumi melakukan tugas suci menjaga alam.

Pemuda Muslim di Indonesia Beralih Ke Iman Untuk Aktivisme

Ini menggemakan semakin populernya “Islam hijau” sebagai agenda pemuda global yang penting.

Indonesia memiliki catatan buruk dalam perlindungan lingkungan. Ada masalah polusi dan deforestasi yang signifikan, meskipun ada ratusan peraturan dan undang-undang yang mengatur pengelolaan dan perlindungan lingkungan. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, demikian pula dampak negatifnya terhadap lingkungan. https://3.79.236.213/

Di tengah tren yang mengkhawatirkan itu, beberapa aktivis lingkungan muda Muslim yang saleh dan bersemangat berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran rekan-rekan tentang krisis ekologis. Mereka memandang pencemaran dan perusakan lingkungan sebagai haram, atau dilarang oleh hukum Islam.

Memanfaatkan pencerahan agama

Untuk penelitian ini, kami berbicara dengan 20 aktivis lingkungan, berusia 19–23 tahun, dari kampus-kampus di Jawa dan Sumatera. Aktivis muda Muslim ini memiliki pengetahuan akademis yang kuat yang mereka gunakan untuk membentuk pandangan mereka tentang praktik lingkungan berdasarkan teologi Islam.

Misalnya, Pertiwi di Palembang, Sumatera Selatan, bersekolah di sebuah pondok pesantren di mana ia mempelajari ayat-ayat Alquran secara mendalam.

Kemudian di universitas ia bergabung dengan kelompok yang berkampanye melawan pencemaran Sungai Musi melalui peningkatan kesadaran di masyarakat tepi sungai, melobi pencemar industri besar dan mengorganisir hari-hari pembersihan sungai.

Pertiwi mengatakan bahwa dia mendasarkan aktivisme lingkungannya pada sebuah surah dalam Al-Qur’an tentang kehancuran Bumi.

“Lihat nenek moyang kita, Allah [Tuhan] menjadi sangat marah kepada mereka, kan? Dia tidak hanya marah karena sifat manusia itu sendiri yang merusak lingkungan, tetapi karena tindakan manusia yang secara langsung melanggar sesuatu yang telah diciptakan Allah”, katanya.

Ia menganggap merusak lingkungan adalah haram, termasuk membuang sampah sembarangan.

“Itu melanggar pekerjaan Sang Pencipta (…) Tuhan melihat, mendengar, dan mengetahui apa yang dilakukan manusia,” jelasnya.

Teman sekelas Fahmi, di sisi lain, belajar teknik kimia. Dia bergabung dengan Sobat Bumi cabang Palembang, sebuah gerakan lingkungan yang diprakarsai oleh perusahaan minyak dan gas alam milik negara Indonesia, Pertamina.

Fahmi mengalami pencerahan agama ketika memanjat melalui hutan awan di taman nasional di mana ia menyadari kebenaran dari apa yang dikatakan dalam Al-Qur’an.

“Jika seseorang menjaga lingkungan sekitar, maka Allah akan menjaganya, baik di dunia maupun di akhirat. […] Dan rasa syukurnya benar-benar terwujud ketika kita menyesali kesalahan seperti membuang sampah pada lingkungan segar yang memberi kita udara yang kita hirup,” ujarnya.

Salah satu responden kami yang lain di Bandung, Jawa Barat, Iin adalah anggota aktif Youth for Climate Change (YFCC) Indonesia. Dia percaya itu adalah perintah dari Tuhan bagi manusia untuk berperilaku sebagai khalifah, atau pelindung Tuhan di Bumi.

“Istilah khalifah disebutkan dalam ayat yang menyatakan, ‘Tuhan berfirman kepada para malaikat: ‘Aku menempatkan di bumi seseorang yang akan memerintah sebagai wakil-Ku [wakil atau letnan]’” dia mengutip (Quran 2:30).

Ia juga bangga dengan cita-cita karirnya di bidang konservasi alam.

“Saya tahu gajinya tidak akan sebesar yang saya dapatkan saat bekerja di perusahaan minyak dan gas. Tapi saya tidak mempermasalahkan itu, karena saya sudah dibayar oleh Tuhan dengan nafas, makan dan kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Sementara itu di ibu kota Jakarta, peserta lain dalam penelitian kami bernama Heri bergabung dengan kampanye yang dipimpin universitas untuk membersihkan Sungai Ciliwung salah satu sungai paling tercemar di dunia.

“Ada pendidikan lingkungan dalam agama saya. Harmoni itu harus baik vertikal maupun horizontal”, hablum minallah, hablun minannas”. Ini menjelaskan bagaimana seharusnya berinteraksi sosial dengan lingkungan,” kata Heri yang bersekolah di madrasah tersebut.

Kata-kata Heri menggemakan kata-kata Mustofa Bisri (umumnya dikenal sebagai Gus Mus), seorang teolog populer yang berafiliasi dengan organisasi Muslim terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Ia pernah mentweet bahwa kehidupan manusia di dunia tidak hanya berhubungan dengan Allah ( hablum minallah ), tetapi juga dengan sesama manusia ( hablum minannas ) dan dengan lingkungan/alam ( hablum minal alam ).

Ini merujuk pada paradigma Al-Qur’an tentang berpegang teguh pada “tali” Tuhan sebagai artikel iman multi-dimensi, yang mengkodekan kepercayaan teologis umum tentang harmoni “seperti di atas, jadi di bawah”.

Para aktivis muda sering menggunakan referensi Al-Qur’an ini untuk menjelaskan tanggung jawab moral mereka terhadap konservasi dan reparasi. Kemurnian alam dipahami mencerminkan kebaikan transenden Tuhan dalam penciptaan.

Mereka merasa memiliki kewajiban moral untuk mencegah orang Indonesia lainnya menyebabkan pencemaran dan perusakan lingkungan. Mereka juga berkampanye secara aktif untuk membawa para pencemar dan perusak Muslim lokal kembali ke keyakinan.

Misalnya, T-shirt favorit bergambar bulan sabit dan bintang, menyatakan: “Bahkan ketika kiamat datang, jika seseorang memiliki pucuk palem di tangannya, dia harus menanamnya.”

Para aktivis muda terkadang menyebut perjuangan lingkungan mereka sebagai perjalanan berat yang dibimbing oleh Tuhan. Namun mereka tidak berkecil hati karena mereka percaya bahwa mereka akan diberi imbalan di akhirat untuk pekerjaan mereka sebagai khalifah.

Dasar moral untuk tindakan hijau

Dalam Islam “hijau” yang baru, para pencinta lingkungan Muslim muda menggunakan pandangan Islam mereka untuk membangun komunitas kritis yang berangkat untuk melestarikan dan mempertahankan alam.

“Islam Hijau” penting karena menawarkan penjelasan mendalam tentang alasan moral untuk tindakan lingkungan di dunia.

Pemuda Muslim di Indonesia Beralih Ke Iman Untuk Aktivisme

Sebaliknya, banyak strategi sekuler untuk mitigasi perubahan iklim bergantung baik pada klaim ilmiah yang kering, atau pada nilai-nilai global abstrak, yang mungkin kurang relevan dengan dimensi pribadi dan spiritual.